![Kenapa Harus Sunat di Bogem? - Mojok.co](https://i0.wp.com/mojok.co/wp-content/uploads//2018/07/liputan-bogem-sunat-mojok.jpg)
Halo, bertemu kembali, sesi kali ini akan menjelaskan mengenai biaya sunat di bogem jogja Kenapa Harus Sunat di Bogem? - Mojok.co simak selengkapnya
![Kenapa Harus Sunat di Bogem? - Mojok.co](https://cdn.brilio.net/news/2015/05/30/4696/14984-supit-bogem.jpg)
MOJOK.CO – Perkara sunat yang menjadi momen keramat bagi laki-laki tidak bisa dianggap enteng, dengan adanya harapan hasil yang bagus menyebabkan mahasiswa asal Papua hingga keluarga Cendana memilih sunat di Bogem.
Bagi laki-laki yang mengangap sunat adalah kejadian yang sakral, pemilihan di mana ia akan sunat menjadi kejadian yang penting. Tentu sebagai laki-laki, kita jelas tidak ingin kecewa karena hasil yang kita tuai belakang membuat kita harus sunat dobel kali.
Maka bagaikan nama besar boleh menyebabkan tempat sunat bagaikan Bogem menjadi tempat sunat aspirasi dari Jawa Tengah sampai Yogyakarta.
Tengok Fajar yang baru saja masuk SMP Pangudi Luhur 1 Klaten pada tahun ajaran baru 2018/2019 ini. Ketika musim liburan kemarin, Fajar memutuskan untuk sunat di bong sunat yang berada di tapal batas Jawa Tengah dan Yogyakarta ini dengan argumen sang kakak beserta tiga tetangganya sudah suah “dipotong” di tempat tersebut. Hasilnya pun tidak mengecewakan.
Ditambah, terdapat mitos yang dipercayai bagi beperapa anak buah tua bahwa saat sang anak cucu sunat di tempat tersebut, alkisah anaknya akan memegang era dada yang cerah. “Bogem kan tempat sunatnya banyak penjabat,” tutur Mira yang merupakan anak buah tua dari Fajar.
Ketika dibawa ke bong sunat di ambang Candi Prambanan ini tidak tampak sedia raut wajah bergidik dari Fajar. Bocah yang kini berumur 12 tahun itu cukup percaya badan karena pergi dengan ditemani bagi kedua anak buah tua beserta kakaknya.
Sesampainya di sana, ibunya Fajar segera mengambil nomor antrian yang sudah disediakan bagi resepsionis. Beruntung Fajar boleh nomor antrian 34, jadi tidak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu.
Kira-kira cuma butuh waktu sekeliling satu jam untuk tiba giliran Fajar boleh mengharapkan bilik sunat legendaris tersebut. Hari itu, Fajar tidak disunat sendirian. Bersama dengan catur orang sakit lain—yang semuanya anak-anak—akan menjadi satu rombongan sehingga membuat Fajar semakin berat ekor untuk takut. “Kalau nangis kan belakang malu,” ungkapnya.
Sebelum sunat dimulai, terdapat semacam ritual yang harus dilakukan bagi Fajar bersama catur anak cucu itu.
Secara bergantian, bawah umur itu akan diberi kesempatan film bersama keluarga sendiri-sendiri dengan latar belakang (bagian) dalam Bogem, yang hasilnya boleh diambil sehabis jalan sunat selesai.
Ketika disinggung mengenai fungsi dari jalan tersebut, melalui kemangkakan jadi alasan. Hal ini sekaligus menguatkan mitos tentang era dada cerah dari alumni Bogem yang diceritakan kian lanjut bagi Bardo Djumeno kakak dari empu sepit sekaligus pengelola Bogem, Budi Harjanto.
“Dulu sedia bok yang memanggul anak cucu pertamanya ke sini, anak cucu itu jadi Bupati. Dan anak cucu kedua dibawa ketempat sunat biasa, eh, malah nggak jadi apa-apa. Makanya, saat anak cucu ketiganya ingin sunat, sih bok memaksa untuk dibawa ke Bogem,” jelas kakek berumur 64 tahun itu.
Bahkan berdasarkan pernyataan Bardo, pihak bogem suah beroleh kesempatan langka untuk menyunat salah satu keluarga presiden.
Kala itu, lewat Kepala Rumah Tangga Istana Yogyakarta, salah satu Presiden Indonesia yang era itu berkuasa memanggil pihak Bogem untuk asal ke kediamannya. Maka Bardo dan adiknya Budi Hartjanto yang juga menjadi pengelola Bogem sekaligus empu sunat segera berangkat. Namun saat ditanya siapa yang waktu itu disunat, Bardo berat ekor untuk bercerita kian rinci.
“Karena itu kan anak buah besar ya? Saya perlu izin dulu untuk menceritakannya.”
Ya silakan kita tebak seorang diri saja, siapa kira-kira siapa keluarga kepala yang dimaksud.
Dengan reputasi bagaikan itu pula Bogem membuat banyak keluarga memercayakan anaknya untuk disunat. Ketika satu angkatan sudah dibawa ke sana, alkisah angkatan selanjutnya akan terus memanggul anaknya. Terus begitu hingga orang sakit yang asal tidak suah sedia habisnya.
Angka 150 orang sakit per hari akan dijumpai saat masuk cuti sekolah, meski pihak Bogem tidak suah bikin iklan di media massa. Para alumni Bogem-lah yang otomatis akan jadi corong advertensi ke khalayak.
Kebanyakan orang sakit memang berasal dari Jateng alias Yogyakarta. Namun berdasarkan penuturan Bardo, suah juga sedia seorang orang sakit dari luar Pulau Jawa—bahkan juga dari luar negeri. Jika memasuki musim liburan bawah umur akan meramaikan Bogem, alkisah getah perca anak buah dewasa yang hendak sunat akan asal saat hari biasa. Tentu saja biar tidak malu di dada orang sakit anak-anak.
“Biasanya yang ingin duduk tetapi belum sunat, banyak juga yang dari NTT dan Papua. Di senun sunat kan masih tabu.”
Nah, untuk getah perca orang sakit dewasa yang ditemani bagi pacar alias aspiran istrinya saat akan disunat, biasanya akan sedia imbauan kepada pasien. Tentu biar bekas berkelukur sunatnya segera sembuh.
“Kita suruh jangan landing dulu sehabis duduk nanti,” tutur Bardo.
Dijelaskan pula bagi Bardo. Jika orang sakit kian tua lagi, biasanya Bardo akan ajak orang sakit untuk mengecek gula darah terlebih dahulu. Sebab, andaikan ketahuan gula darahnya tinggi, pihak Bogem mengaku tidak berani, akar khawatir berkelukur yang diakibatkan bisa membuat berkelukur jadi lama keringnya.
Tak berapa lama, dengan melalui sedikit sakit di alam selangkangan, Fajar keluar dari bilik sunatnya. Selain bentuk alat vital, tidak sedia yang berubah dari Fajar. Anak ini tetap boleh bepergian bagaikan biasanya tanpa isak tangis. Pemandangan ini seolah membuktikan apa yang menjadi moto dari Bogem: tidak sakit dan cepat kering.
Loading...
begitulah penjelasan tentang Kenapa Harus Sunat di Bogem? - Mojok.co semoga info ini bermanfaat terima kasih